Ada hal-hal yang perlu kita pahami dalam menilai suatu karya seni. Sebuah karya seni yang acap kita lihat dalam wujud tarian, sastra, teater, serta musik tentunya merupakan hasil perwujudan apresiasi jiwa seseorang yang tentunya akan memiliki perbedaan dengan pribadi manusia yang lain. Ada banyak hal yang menjadi faktor pembeda karakteristik seseorang, di antaranya ialah latar belakang, jiwa seni, pengalaman, kualitas ilmu yang dikuasai, dan lain sebagainya. Oleh karena ada banyak sekali faktor pembeda itulah, suatu karya seni menjadi sebuah karya yang sulit sekali untuk dinilai. Apalagi dalam suatu proses penilaian, faktor selera juga menjadi salah satu hal utama yang digunakan para penilai seni untuk menilai suatu karya seni.
Perkembangan musik tanah air yang dirasakan semasa ini tentunya dapat menjadi sebuah kebanggaan besar bagi masyarakat pecinta musik di Indonesia. Hampir seluruh kalangan masyarakat Indonesia, baik kalangan masyarakat elit maupun kalangan bawah sekalipun turut merasakan perkembangannya. Jika boleh kita bandingkan perkembangan musik di Indonesia saat ini dengan saat-saat di era ’90-an, rasanya sebagai salah satu bagian dari masyarakat penikmatnya, kita boleh turut bersyukur dengan pesatnya perkembangan musik di tanah air. Hal ini tentunya sebagai wujud apresiasi kita mengingat banyak dari musik Indonesia yang menjadi hits di sejumlah Negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. Namun, seiring dengan semakin banyak munculnya kelompok-kelompok serta tokoh-tokoh musik baru di Indonesia, muncul pula pikiran-pikiran masyarakat penikmat musik kita yang mengelompokkan band-band musik tanah air. Pengelompokan yang muncul pun beragam, mulai dari yang dianggap memiliki musik-musik yang agak memalukan, hingga musik-musik yang memang dianggap layak untuk dibanggakan. Pemikiran semacam ini tentunya bukanlah hasil dari suatu cara berfikir yang salah. Pemikiran ini sebenarnya muncul sebagai respons otomatis dari otak manusia yang tentunya didasarkan pada pribadi masing-masing individu. Perbedaan pribadi itulah yang pada akhirnya mendorong suatu batasan-batasan yang berbeda pada tiap individu dalam menilai suatu karya, termasuk di dalamnya karya musik sekalipun.
Kalau diperhatikan dengan lebih saksama, sesungguhnya kita dapat melihat perbedaan musik yang diminati oleh masyarakat Indonesia menengah ke bawah dan masyarakat Indonesia menengah ke atas. Masyarakat menengah ke atas, atau kita sebut saja sebagai masyarakat elitis, umumnya lebih menyukai aliran-aliran musik berkelas jazz, klasik, pop modern dibandingkan dengan masyarakat Indonesia menengah ke bawah. Golongan masyarakat yang memiliki nilai-nilai elitis tersebut di antaranya ialah kalangan eksekutif, mahasiswa, serta masyarakat kota lainnya. Hal tersebut terjadi karena pada umumnya kalangan-kalangan tersebut memiliki modal yang lebih dari cukup untuk dapat memperluas pengetahuan mereka dalam hal bermusik. Hal ini jelas berbeda dengan masyarakat yang tergolong menengah ke bawah, yakni di antaranya ialah masyarakat desa, supir angkot, dan tenaga kuli kasar lainnya yang berpenghasilan rendah. Mereka jelas tidak memiliki modal untuk dapat memperluas minat mereka terhadap musik. Dari sini tentunya kita dapat menyimpulkan bahwa alasan musik tidak-layak tersebut hits di Indonesia ialah karena musik mereka dianggap merakyat, dengan kata lain, musik mereka mudah diakses oleh masyarakat kecil di Indonesia.
Dari berbagai bentuk perbedaan semacam itulah, akhirnya muncul pula dalam pikiran kita mengenai jenis musik macam apa yang menjadi hits di Indonesia. Begitu banyak grup musik yang mewarnai belantika musik di Indonesia, namun di antara grup-grup tersebut tentunya terdapat persaingan merebut perhatian masyarakat (selain memuaskan diri dalam hal bermusik, red-). Menarik perhatian dalam kasus ini tentulah bukan ajang untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya, melainkan sebagai ajang untuk dapat menghibur masyarakat sebanyak-banyaknya. Seperti apakah warna musik yang diinginkan oleh masyarakat Indonesia tentunya dapat dilihat dari musik-musik yang menjadi hits di masyarakat. Yang jadi masalah ialah apabila musik yang dianggap hits itu ternyata dianggap kurang layak dianggap sebagai musik yang berkualitas sehingga memunculkan kesan kalau selera bermusik masyarakat Indonesia tergolong rendah di mata luar negeri.
Dalam hal bermusik, banyak kita kenal aliran-aliran musik seperti jazz, country, pop, serta rock. Aliran-aliran musik ini pun tentunya dapat kembali dipenuhi dengan warna sesuai dari karakter-karakter sang pencipta. Dalam hal ini, kajian musik ini akan kita bagi berdasarkan budaya daerah asal pencipta. Hitunglah bahwa ada kurang lebih sebanyak 200.000 ribu jenis budaya yang ada di dunia ini. Jika kita mengambil salah satu aliran musik semisal Rock, bayangkan, barangkali ada lebih dari 200.000 warna musik rock yang dihasilkan dalam sekali penciptaannya. Tidak sedikit bagian dari masyarakat kita yang menganggap musik jazz (misalnya) jauh lebih baik dibandingkan musik yang menjadi hits di Indonesia saat ini. Mereka juga beranggapan bahwa salah satu penyebab banyaknya penikmat musik asal Indonesia lebih banyak yang mengelu-elukan musik luar negeri dibandingkan dengan musik Indonesia ialah karena musik Indonesia jauh lebih sering mengapresiasikan musik yang-tidak-layak-tersebut dibandingkan musik yang dianggap berkualitas. Hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya salah dan tidak pula sepenuhnya benar.
Perlu dipahami lebih lanjut lagi bahwa dunia musik kali ini lebih banyak dikuasai oleh masyarakat barat sehingga tidak aneh jika ada banyak sekali aliran-aliran musik yang diperkenalkan oleh mereka kontan menjadi kiblat perkembangan musik dunia saat ini. Bahkan saat ini sangat wajar sekali jika dalam beberapa musik ciptaan musisi-musisi Indonesia yang menyelingi istilah bahasa asing dalam melengkapi lirik lagu mereka. Andaikan saja dunia saat ini dikuasai oleh negara-negara timur (dalam hal ini kita tilik pada saat kekuasaan bangsa Islam), aliran-aliran muik yang saat ini telah diperkenalkan barat sebenarnya pun perkembangannya tidak sepesat seperti saat ini. Pada zaman itu aliran-aliran musik yang dikenal justru aliran-aliran yang diwarnai dengan nuansa padang pasir, sedangkan musik barat sama sekali tidak terdengar karena semasa itu negeri barat belum menjadi negeri yang tersoroti.
Kasus tersebut sebenarnya sama dengan kasus yang dialami Indonesia pada saat ini. Musik keluaran Indonesia yang bena-benar mengusung kepribadian bangsa Indonesia saat ini kiranya mungkin belum terlihat begitu mencolok. Hal ini akhirnya memunculkan suatu kesan bahwa musik modern yang mencerminkan karakter Indonesia belum muncul di mata masyarakat Indonesia. Musik yang berkembang di Indonesia pada saat ini secara umum masih berkiblat pada musik-musik populer yang bukan berasal dari pribadi bangsa. Ini menimbulkan pemikiran yang sangat wajar jika musik-musik yang tiba-tiba muncul dengan kesan Indonesia banget lebih sering dianggap sebagai musik yang kampungan banget.
Melihat kenyataan tersebut, simpulan kita dapat ditetapkan bahwa kenyataan bahwa musik Indonesia yang tidak sedikit dari kita menganggap ¬tak-layak ternyata lebih hits dibandingkan musik-musik berkualitas lainnya di Indonesia hendaknya dapat dijadikan suatu tamparan keras bagi musisi-musisi Indonesia untuk dapat lebih mengkreasikan musik-musik mereka dengan mencampurkan unsur-unsur keindonesiaan dalam musik-musik mereka. Musik Indonesia hendaknya bukan hanya menonjolkan kualitas yang baik melainkan juga menonjolkan karakteristik bangsa sehingga pada akhirnya akan muncul suatu aliran musik baru yang unik. Sebagai seniman professional, tentunya mereka tidak lagi mematokkan keuntungan materi sebagai indikator keberhasilan mereka tetapi kenyataan bagaimana agar mereka dapat memuaskan hati para penikmat musik di Indonesia. Jadikan rakyat Indonesia sebagai pasar utama dalam setiap karya-arya musik mereka (para musisi), dengan begitu dengan sendirinya musik-musik hasil kreasi para musisi-musisi tersebut cepat atau lambat akan terdengar di telinga dunia.
sumber : http://catatanalin.wordpress.com/2009/07/21/musik-indonesia-seperti-apa-ya/
Text widget
"..Selamat Datang diBlog saya.."
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blog Archive
-
▼
2011
(33)
-
▼
Januari
(18)
- Bertahan
- Aishiteru
- Penyesalan yang indah
- Penantian
- Demi Cinta
- Aku Harus Jujur
- Lagu Rindu
- Sejauh Mungkin
- Nano - Sebatas Mimpi
- Wilson feat tohpatih - Tersiksa lagi
- Anima - Bintang
- Sistem Pendidikan Indonesia
- Kelebihan dan Kekurangan Linux
- Keunggualan dan Kekurangan Windows
- Musik Indonesia, Seperti apa ya?
- Sistem Pemerintahan Indonesia
- Manfaat Minyak Zaitun
- “Untuk apa belajar Matematika?”
-
▼
Januari
(18)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar